Lompat ke isi

Air berat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Air berat
Model air berat
Nama
Nama IUPAC
[2H]2-Water[3]
Nama lain
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEBI
ChemSpider
Nomor EC
Referensi Gmelin 97
KEGG
MeSH Deuterium+Oxide
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/H2O/h1H2/i/hD2 YaY
    Key: XLYOFNOQVPJJNP-ZSJDYOACSA-N YaY
  • [2H]O[2H]
Sifat
2H2O
Massa molar 20.0276 g mol−1
Penampilan Biru sangat pucat, cairan transparan
Bau Tak berbau
Densitas 1.107 g mL−1
Titik lebur 27.424 °C; 49.395 °F; 27.697 K
Titik didih 1.014 °C (1.857 °F; 1.287 K)
Larut
log P −1.38
Indeks bias (nD) 1.328
Viskositas 1.25 mPa s (at 20 °C)
1.87 D
Bahaya
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada suhu dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
YaY verifikasi (apa ini YaYN ?)
Referensi

Air berat adalah air (H2O) yang memiliki isotop H-2 (deuterium).[4][5] Air biasa sebagian sangat besar didominasi oleh molekul dengan atom H-1 karena intinya memiliki satu proton. Deuterium memiliki tambahan satu neutron pada intinya.

Pada air berat, deuterium mendominasi komposisi molekul-molekul air sehingga air ini memiliki massa yang lebih tinggi pada volume yang sama dibandingkan dengan air biasa. Perbedaan berat mengakibatkan perbedaan sifat fisika dan kimianya dengan air biasa.

Air berat dipakai pada reaktor nuklir sebagai pendingin.[6] Air berat juga digunakan sebagai moderator (pelambat) neutron.

Sifat fisik isotopolog air[7]
Sifat D2O (Air berat) HDO (Air semiberat) H2O (Air biasa)
Titik beku 3.82 °C (38.88 °F) (276.97 K) 2.04 °C (35.67 °F) (275.19 K) 0.0 °C (32 °F) (273.15 K)
Titik didih 101.4 °C (214.5 °F) (374.55 K) 100.7 °C (213.3 °F) (373.85 K) 100.0 °C (212 °F) (373.15 K)
Kepadatan pada STP (g/mL) 1.1056 1.054 0.9982
Suhu massa jenis maksimum 11.6 °C - 3.98 °C[8]
Kekentalan dinamis (pada 20 °C, mPa·s) 1.2467 1.1248 1.0016
Tegangan permukaan (pada 25 °C, N/m) 0.07187 0.07193 0.07198
Kalor peleburan (kJ/mol) 6.132 6.227 6.00678
Kalor penguapan (kJ/mol) 41.521 - 40.657
  1. ^ Parpart, Arthur K. (1935). "The permeability of the mammalian erythrocyte to deuterium oxide (heavy water)". Journal of Cellular and Comparative Physiology (dalam bahasa Inggris). 7 (2): 153–162. doi:10.1002/jcp.1030070202. ISSN 1553-0809. 
  2. ^ Svishchev, I. M.; Kusalik, P. G. (1994-01). "Dynamics in liquid water, water-d2, and water-t2: a comparative simulation study". The Journal of Physical Chemistry (dalam bahasa Inggris). 98 (3): 728–733. doi:10.1021/j100054a002. ISSN 0022-3654. 
  3. ^ International Union of Pure and Applied Chemistry (2005). Nomenclature of Inorganic Chemistry (IUPAC Recommendations 2005). Cambridge (UK): RSC–IUPAC. ISBN 0-85404-438-8. p. 306. PDF.
  4. ^ "IUPAC - heavy water (H02758)". goldbook.iupac.org. Diakses tanggal 13 Oktober 2020. 
  5. ^ "IUPAC - deuterium (D01648)". goldbook.iupac.org. Diakses tanggal 13 Oktober 2020. 
  6. ^ "Water cooled reactors". www.iaea.org (dalam bahasa Inggris). 2016-04-13. Diakses tanggal 2020-10-13. Heavy Water Reactors (HWRs) use “enriched” water, the molecules of which comprise hydrogen atoms that are made up to more than 99 per cent of deuterium, a heavier hydrogen isotope. This heavy water, used as a moderator, improves the overall neutron economy, allowing fuel to be used that does not require enrichment. 
  7. ^ "Water properties". www1.lsbu.ac.uk. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-20. Diakses tanggal 14 Oktober 2020. 
  8. ^ Kotz, John; Teichel, Paul; Townsend, John (2008). Chemistry and Chemical Reactivity, Volume 1 (edisi ke-7th). Cengage Learning. hlm. 15. ISBN 978-0-495-38711-4.  Extract of page 15